Kenangan Masa Lalu: Jingga dan Abu
Langit sedang tidak baik-baik saja.
Dia bercerita seolah-olah bahagia tanpa perlu memahaminya.
Merangkai kata dengan indah bak puisi selaras
rima.
Bertautan waktu menghimpit detik menit kian menyiksa
batinnya.
Di dalam ceritanya, ada Jingga sebagai Juliet.
Ada Abu sebagai Romeo yang jatuh hati padanya.
Kemudian, mereka saling berharap tak terbendung.
Melukiskan rasa cinta juga sesak makin kencang.
Namun Jingga,
Namun Abu,
Berbalas surat tak pernah bertemu.
Sedangkan jiwa mereka saling rindu.
Dan langit masih menahan tetesan air hujan di
matanya.
Melanjutkan cerita tentang sisa kenangan yang
belum terlupa.
Kau tahu siapa?
Ya, Jingga dan Abu.
Tatkala Jingga dan Abu bersatu padu.
Di antara jalinan api cinta begitu syahdu.
Lewat pena yang menari di atas kertas penuh
tinta.
Sampai ke dasar senyum adu rayu bak mekarnya
bunga.
Oh Jingga, emosi yang menggila.
Oh Abu, meresahkan hati.
Logika lelah tenggelam diikat diri.
Diam membisu.
Ribuan harapan palsu.
Kau tahu apa?
Katamu Abu, ingin bertemu.
Padaku, Jingga sebagai Langit.
Tapi, itu semua telah sirna.
Bersama khayalan dalam bayang-bayang semu.
Lalu pergi menghilang dihadang pilu.
Tertancap luka terisak-isak rusak.
Cilegon, 11 November 2020.
Bagus ih puisinya☺
BalasHapusThank you!
HapusWonderful! Keep it up!
BalasHapus