Jujur Itu Penting!
Hal yang paling susah dilakukan adalah bersikap jujur. Jujur dalam diri sendiri, bahkan jujur untuk orang lain. Padahal kalau kita menerapkan kejujuran walaupun sulit, pada akhirnya kita akan mendapatkan kebahagiaan yang indah. Beban pikiran pun berkurang. Rasa sesak di dada pun menghilang. Tak ada lagi hambatan yang tertanam dalam hati.
Sama halnya dengan ceritaku ini, ketika itu aku menginjak semester tiga di jurusan pendidikan bahasa inggris. Di semester tiga, terdapat salah satu mata kuliah listening yang diajarkan oleh dosen wanita. Dosen wanita itu sebut saja namanya Bu Ica.
Bu Ica yang mengajarkan kita seputar listening. Apa itu listening? Bagaimana cara agar kita mahir dalam listening skill? dan sebagainya. Bu Ica juga beberapa kali memberikan tugas kepada kita. Seperti tugas untuk menjelaskan kembali apa yang dibicarakan oleh pembicara dalam video ataupun tugas toefl.
Akan tetapi, untuk tugas toefl ini seringkali kita tidak memahaminya. Sungguh sulit untuk mengerti kalimat-kalimat dalam toefl sesi listening (mendengarkan). Khususnya kala itu belajar dan mengerjakan tugas toefl di dalam kelas yang hanya menggunakan speaker kecil. Sampai pada akhirnya menggunakan speaker kecil tidak efektif, akhirnya rekaman suara dikirim ke dalam WhatsApp salah satu anak. Lalu, di kirim ke grup kelas dan kita praktek listening menggunakan headset masing-masing. Semenjak saat itu, kita diwajibkan membawa headset jika pembelajaran listening berlangsung.
Hal ini pun tidak efektif walaupun kita sama-sama menggunakan headset. Kita tetap tidak semangat dan menyerah dalam listening. Setiap kali Bu Ica menugaskan dan memberikan soal-soal toefl kepada kita dijadikan sebagai tugas rumah. Kita bahkan aku diam-diam mencari kunci jawaban di Google. Kita sebenarnya tahu itu tidak benar. Kita melakukan kecurangan dan tidak jujur dalam tugas kita sendiri bahkan membohongi dosen.
Setelah kita mengerjakan tugas toefl itu, kita bahas di pertemuan berikutnya bersama Bu Ica dan dikoreksi semua jawaban kita itu. Rata-rata anak kelas mendapatkan nilai yang bagus. Sangat jarang sekali mendapatkan skor yang rendah.
Aku dan anak kelas melakukan tindakan yang curang berturut-turut. Sampai pada akhirnya ujian akhir semester tiga berlangsung...
Kala itu, ujian akhir semester tiga berupa toefl listening. Tempat ujiannya bukan di ruang kelas sendiri melainkan di English Corner atau ruangan khusus rapat para anak HMJ Jurusan dan semacamnya. Kita duduk lesehan dan Bu Ica menyuruh kita agar duduknya diberikan jarak antar teman. Supaya kita tidak menyontek maupun bekerja sama.
Aku bersama beberapa teman terdekat aku duduk lesehan di depan dekat Bu Ica. Memang sudah terbiasa juga duduk di depan seperti halnya di dalam kelas. Gugup dan tidak bisa melakukan hal yang sama untuk mengerjakan toefl listening ini. Kita pasrah dan memang kita menyadari perbuatan kita sebelumnya. Lebih baik mengerjakan semampu kita, walaupun hasilnya kurang bagus. Daripada hasilnya bagus, tetapi kita menyontek, berbuat kecurangan terus menerus.
Mereka, temen-temen sekelas aku yang duduk di belakang maupun di tengah. Ada beberapa yang menyontek, bahkan kerja sama tanpa diketahui oleh Bu Ica. Karena aku melihat sendiri. Sesekali aku menoleh ke belakang karena aku penasaran. Aku melihat sekerumunan temanku yang duduknya berdempetan dan kerja sama untuk Ujian Akhir Semester ini. Kawan terdekat aku yng duduk di depan sama seperti aku pun merasakan hal yang sama. Bahwa teman-teman yang duduk di belakang dan di tengah melakukan tindakan kecurangan.
Kita hanya pasrah dan berdoa. Semoga hal ini tidak terulang lagi di semester berikutnya. Khususnya aku sendiri yang tidak mau berlaku tidak jujur dalam hal ini. Memang susah sekali untuk diri ini berlaku jujur.
Namun, dengan kita jujur. Kita dapat meraih keberkahan dan kebahagiaan yang tak terhingga.
#JadiLebihBaik #MulaiAjaDulu :)
BalasHapus