Ditinggal Jemputan

        Saat masih SD, saya biasa mendapat uang jajan Rp. 5000 perhari.  Biasanya uang tersebut dipakai untuk beli jajanan atau mainan. Seperti beli gulali, es serut, beli umang-umang, kutek-kutekan yang harganya 1000-an, sampai buku kecil bergambar yang harus digosok pake uang logam 500-an.

Suatu hari setelah KBM selesai, saya langsung keluar sekolah menunggu jemputan datang menjemput saya dan anak-anak yang ikut jemputan (sebut saja Jemputan Alm. Pa Mardi).  Sembari menunggu jemputan, beberapa anak menghabiskan uang jajan dengan makanan ataupun mainan. Berbeda dengan saya, uang Rp. 5000. sisanya Rp. 2000 untuk saya tabung di buku tabungan sekolah yang dipegang oleh guru (wali kelas). Dimana itu dilaksanakan setiap hari kamis.

Ditunggu-ditunggu sampai menjelang sore, ternyata tidak kunjung datang juga. Alhasil, saya dan anak-anak pun merasa panik ketakutan. Akan tetapi, salah satu anak yang lebih tua dari saya (kelas 6 SD)  mengusulkan bagaimana jika kita semua naik angkutan umum. Semua anak setuju dengan usulan tersebut begitupun dengan saya. Akhirnya, kita semua menyebrang jalan.

Terus terang ini kali pertama saya, seorang anak kelas 4 SD menyebrang jalan bersama anak-anak. Saya merasa gemetaran seperti suruh maju ke depan memberikan pendapat tentang sebuah gambar dimana ada dua orang yang satu meminta-minta dan yang satu memberi (waktu kelas 5 SD) ketika pelajaran Bahasa Indonesia yang diajar oleh Bu Ati. Alhamdulillahnya saya bisa memberikan pendapat waktu itu dengan kalimat yang saya ingat “lebih baik tangan diatas daripada dibawah” .

Setelah itu, saya dan anak-anak pun menunggu angkutan umum berwarna silver yaitu daerah anyer. Sembari menunggu angkutan umum, saya mengecek uang jajan saya disaku, syukurnya masih ada dua lembar seribuan yang seharusnya buat ditabung. Tak apa. Daripada saya tidak bisa balik pulang ke rumah.

Teeet.. teett (anggap saja bunyi klakson angkot^^)
“Mau kemana neng? “ kata sang sopir
“Warnasari gak bang?”balas anak yang tadi mengusulkan ide naik angkot.

“Iyaa” balas sang sopir.

Akhirnya saya dan anak-anak pun naik angkot. Yeayyy!

Nb : Pelajaran yang dapat saya ambil dari pengalaman saya, bahwasanya uang itu harus dijaga. Sama kayak kamu (Siapa?). Harus dijaga baik-baik. Uang itu jangan dijajanin sekaligus. Sisain lah berapa mah. Buat ditabung, buat ongkos, dll. Ya, harus perhitungan dengan uang. Begituuu.

  
Ini cerita saya, mana ceritamu?

  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Ujung Waktu

Siapa Aku Di Matamu?

Sembunyi